Harga BBM Turun Lagi di Seluruh SPBU Indonesia, Berlaku 6 Mei 2025: Pertamax Jadi Lebih Murah

Harga BBM Turun Lagi di Seluruh SPBU Indonesia, Berlaku 6 Mei 2025: Pertamax Jadi Lebih Murah

Kabar gembira kembali hadir bagi pengguna kendaraan di Indonesia. Harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia resmi turun mulai Selasa, 6 Mei 2025. Penyesuaian harga ini melibatkan penyedia BBM utama seperti Pertamina, Shell, BP, dan Vivo Energy, yang kompak menurunkan harga sejumlah produk BBM non-subsidi. Penurunan ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dan mendukung efisiensi biaya transportasi, terutama di tengah dinamika ekonomi global.

PT Pertamina (Persero) mengumumkan bahwa penyesuaian harga ini merupakan bagian dari evaluasi berkala yang mempertimbangkan harga minyak dunia (Mean of Platts Singapore/MOPS) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam siaran persnya, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menjelaskan bahwa penurunan harga dilakukan untuk menjaga daya saing dan memberikan manfaat langsung kepada konsumen. “Harga BBM non-subsidi dievaluasi rutin. Penurunan ini mencerminkan komitmen kami menyediakan BBM berkualitas dengan harga kompetitif,” ujarnya pada 5 Mei 2025.

Sebagai contoh, di wilayah Jawa Barat, harga Pertamax (RON 92) turun sebesar Rp300 per liter, dari Rp12.500 menjadi Rp12.200. Pertamax Turbo (RON 98) juga mengalami penurunan Rp400, dari Rp13.500 menjadi Rp13.100 per liter. Sementara itu, Dexlite (CN 51) turun Rp500 menjadi Rp13.100 per liter, dan Pertamina Dex (CN 53) turun Rp500 menjadi Rp13.400 per liter. Harga BBM subsidi seperti Pertalite (Rp10.000 per liter) dan Solar (Rp6.800 per liter) tetap tidak berubah, sesuai kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga BBM subsidi.

Penurunan harga ini juga diikuti oleh penyedia BBM swasta. Shell Indonesia, misalnya, menurunkan harga Shell V-Power dari Rp13.900 menjadi Rp13.500 per liter, sedangkan BP Indonesia melaporkan penurunan harga BP 92 sebesar Rp300 per liter. Vivo Energy juga menyesuaikan harga Revvo 92 menjadi lebih murah, meskipun rinciannya bervariasi antarwilayah. Penyesuaian ini mendapat sambutan positif dari masyarakat, terutama pengemudi ojek online dan transportasi umum yang bergantung pada BBM.

Di media sosial, kabar penurunan harga BBM ramai dibahas. Sejumlah unggahan di platform X pada 6 Mei 2025 menyebutkan bahwa penurunan ini menjadi angin segar bagi masyarakat, meskipun beberapa warganet meminta pemerintah juga mempertimbangkan penurunan harga BBM subsidi seperti Pertalite. Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia menyambut baik kebijakan ini, menyatakan bahwa penurunan harga BBM non-subsidi dapat menekan biaya operasional logistik, yang pada akhirnya bisa menstabilkan harga barang kebutuhan pokok.

Meski demikian, pengamat energi dari Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, mengingatkan bahwa penurunan harga BBM harus diimbangi dengan upaya meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar dan mempercepat transisi ke energi terbarukan. “Penurunan harga BBM adalah kabar baik, tetapi kita harus tetap fokus pada pengembangan energi berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” ujarnya. Publik kini berharap tren penurunan harga ini dapat berlanjut seiring stabilnya harga minyak dunia.