Rupiah Menguat, Pasar Nantikan Keputusan Suku Bunga The Fed

Rupiah Menguat, Pasar Nantikan Keputusan Suku Bunga The Fed

Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Pada perdagangan Jumat pagi (25/4), rupiah dibuka menguat sebesar 58 poin atau sekitar 0,34 persen ke posisi Rp16.815 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya di level Rp16.873.

Analis pasar dari Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa penguatan rupiah kali ini sebagian besar didorong oleh ekspektasi pelaku pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang diperkirakan terjadi pada bulan Juni mendatang.

"Pasar global mulai merespons kemungkinan The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya. Ini berdampak langsung pada arus modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Rully dalam keterangannya di Jakarta.

Menurutnya, selama ini nilai tukar rupiah dinilai undervalue atau berada di bawah nilai fundamentalnya. Dengan sentimen positif dari luar negeri, rupiah mendapatkan momentum untuk menguat lebih lanjut. Ia memproyeksikan bahwa pergerakan rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp16.875 hingga Rp16.800 per dolar AS.

Di sisi lain, sentimen penguatan rupiah juga ditopang oleh turunnya indeks dolar AS yang kini berada di bawah angka 100. Kondisi ini mencerminkan adanya pergeseran minat investor global ke aset-aset yang lebih berisiko, termasuk mata uang negara berkembang atau emerging market.

Namun demikian, ketidakpastian global masih membayangi pasar keuangan. Kebijakan tarif perdagangan antara AS dan China yang kembali mencuat membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati. Pernyataan Presiden AS yang memberi sinyal pengurangan bea masuk terhadap produk China sempat memberikan harapan, namun belum ada kejelasan lebih lanjut dari pihak pemerintah AS.

Rully mengingatkan bahwa selama ketidakpastian tersebut belum mereda, pasar valuta asing akan tetap fluktuatif. Meski begitu, dalam jangka pendek rupiah memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan seiring dengan tren positif di kawasan Asia dan membaiknya prospek ekonomi domestik.

Sementara itu, sebagian analis juga menyoroti bahwa faktor internal Indonesia, seperti stabilitas inflasi dan cadangan devisa yang cukup kuat, turut menjadi penopang rupiah di tengah gejolak global.

Dengan arah kebijakan The Fed yang mulai melunak dan ketahanan ekonomi dalam negeri yang terjaga, peluang rupiah untuk terus menguat tetap terbuka. Meski begitu, pelaku pasar tetap disarankan mencermati perkembangan data ekonomi global dan arah kebijakan moneter ke depan.