Zionis Israel Bantai 79 Warga Gaza, Termasuk 9 Anak Dokter, dalam 24 Jam

Zionis Israel Bantai 79 Warga Gaza, Termasuk 9 Anak Dokter, dalam 24 Jam

Serangan udara militer Israel di Gaza selatan pada Jumat hingga Sabtu, 23-24 Mei 2025, menewaskan 79 warga Palestina, termasuk sembilan dari sepuluh anak dokter anak Alaa Najjar, dalam waktu 24 jam. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, seluruh jenazah korban telah dibawa ke rumah sakit. Insiden ini, yang disebut Hamas sebagai salah satu kejahatan paling kejam dalam sejarah modern, terjadi di Khan Younis dan menyoroti eskalasi kekerasan di tengah konflik yang terus berlangsung. Artikel ini mengulas detail serangan, dampak kemanusiaan, respons pihak terkait, dan konteks konflik, berdasarkan laporan SINDOnews per 25 Mei 2025 dan sumber pendukung lainnya.

Detail Serangan di Khan Younis

Serangan udara Israel menargetkan wilayah Khan Younis, Gaza selatan, menghancurkan sejumlah rumah warga, termasuk kediaman keluarga dokter Alaa Najjar. Najjar, dokter anak di Rumah Sakit Nasser, sedang bertugas saat serangan terjadi. Menurut Ahmad al-Farra, kepala departemen anak rumah sakit tersebut, Najjar berlari pulang dan menemukan rumahnya terbakar. Sembilan dari sepuluh anaknya tewas, sementara suaminya terluka parah dan putra berusia 11 tahun, satu-satunya anak yang selamat, berada dalam kondisi kritis. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 79 korban tewas dalam 24 jam tersebut termasuk perempuan dan anak-anak, dengan banyak lainnya terluka. Serangan ini merupakan bagian dari operasi militer Israel yang intens di Gaza, yang kembali meningkat sejak awal 2025.

Dampak Kemanusiaan

Serangan ini memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, dengan dampak signifikan:

  • Korban Jiwa: Total 79 kematian dalam 24 jam, termasuk sembilan anak dari satu keluarga, menambah angka korban konflik yang telah mencapai lebih dari 50.752 kematian hingga April 2025, menurut Middle East Monitor. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, dengan 70% dari total korban sejak Oktober 2023 berusia 1 hari hingga 97 tahun.
  • Kerusakan Infrastruktur: Rumah-rumah warga, termasuk milik keluarga Najjar, hancur, memperparah pengungsian massal. Lebih dari 11.000 warga dilaporkan hilang akibat serangan sejak perang dimulai.
  • Krisis Medis: Rumah Sakit Nasser, tempat Najjar bekerja, kesulitan menangani lonjakan korban karena keterbatasan pasokan medis akibat blokade Israel, sebagaimana dilaporkan Kantor HAM PBB.

Posts on X mencerminkan kemarahan global, dengan akun seperti @WIONews melaporkan pemulihan jenazah sembilan anak Najjar, memicu kecaman atas kekejaman Israel.

Respons Pihak Terkait

Berbagai pihak merespons serangan ini:

  • Hamas: Mengutuk serangan sebagai “kejahatan kejam,” menyerukan komunitas internasional untuk menghentikan agresi Israel. Hamas juga menegaskan bahwa serangan ini tidak akan melemahkan perlawanan Palestina.
  • Kementerian Kesehatan Gaza: Mengonfirmasi 79 kematian dan mendesak bantuan medis internasional untuk menangani korban.
  • Militer Israel (IDF): Belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan di Khan Younis, tetapi dalam insiden serupa, IDF sering membantah jumlah korban atau mengklaim menargetkan “teroris Hamas.” Misalnya, pada Oktober 2024 di Beit Lahia, IDF menyebut angka korban Gaza “tidak sesuai” dengan data mereka.
  • Komunitas Internasional: Inggris dan Uni Eropa mengutuk serangan Israel pada 21 Mei 2025 yang menewaskan 24 warga Gaza, menunjukkan kecaman yang berkelanjutan. Namun, AS tetap mendukung Israel, meskipun menghadapi kritik domestik atas genosida di Gaza.

Konteks Konflik

Serangan ini terjadi di tengah eskalasi konflik Israel-Palestina yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.205 orang dan menyandera 251 lainnya. Sejak itu, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Gaza, menewaskan lebih dari 41.118 warga Palestina hingga September 2024, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Gencatan senjata sementara pada Januari 2025, yang dimediasi Mesir dan Qatar, gagal bertahan karena pelanggaran berulang oleh Israel. Serangan di Khan Younis mencerminkan pola agresi Israel, seperti pembantaian 73 warga di Beit Lahia (Oktober 2024) dan 11 anggota keluarga di Kota Gaza (September 2024). Kantor HAM PBB menyebut tindakan Israel melanggar hukum internasional, termasuk kemungkinan kejahatan perang dan genosida.

Langkah ke Depan dan Tantangan

Untuk mengatasi krisis, beberapa langkah diusulkan:

  • Gencatan Senjata Permanen: Desakan untuk gencatan senjata yang ditegakkan PBB untuk menghentikan kekerasan.
  • Bantuan Kemanusiaan: Membuka akses bantuan ke Gaza untuk mengatasi kelaparan dan krisis medis, yang diperburuk oleh blokade Israel.
  • Investigasi Independen: Penyelidikan internasional atas dugaan kejahatan perang, seperti yang diminta Kantor HAM PBB.

Tantangan utama adalah kurangnya konsensus global, dengan AS terus mendukung Israel, sementara dukungan publik untuk Palestina meningkat di Eropa dan AS, sebagaimana ditunjukkan oleh demonstrasi anti-Israel di kampus-kampus Barat. Serangan ini memperkuat narasi bahwa Israel terpojok secara internasional, dengan 86% warga Israel menolak tinggal di dekat Gaza pasca-perang, menurut jajak pendapat Kan Radio Oktober 2024.

Tragedi di Khan Younis, yang merenggut nyawa sembilan anak dokter Alaa Najjar, menjadi simbol penderitaan warga Gaza. Meski Hamas dan warga Palestina tetap teguh, krisis kemanusiaan yang memburuk menuntut respons global segera. Informasi ini dirangkum berdasarkan laporan SINDOnews, BisnisUpdate.com, dan sumber terpercaya lainnya per Mei 2025.