Biaya transaksi di jaringan Bitcoin mencatat rekor tertinggi baru pada Mei 2025, seiring dengan harga Bitcoin (BTC) yang melonjak mendekati US$107.000, level tertinggi sejak Januari 2025. Menurut data dari The Block, rata-rata biaya transaksi harian dalam tujuh hari terakhir hingga 18 Mei 2025 mencapai US$2,40, melampaui rekor sebelumnya sebesar US$2,37 pada 21 Januari 2025, ketika harga Bitcoin menembus US$109.100. Lonjakan ini mencerminkan tingginya aktivitas jaringan dan permintaan terhadap Bitcoin di tengah tren bullish pasar kripto. Apa saja faktor di balik kenaikan biaya transaksi ini? Berikut ulasan lengkapnya.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah perbandingan biaya transaksi dan harga Bitcoin pada dua periode puncak:
Periode | Biaya Transaksi Rata-Rata (USD) | Harga Bitcoin (USD) |
---|---|---|
21 Januari 2025 | 2,37 | 109.100 |
18 Mei 2025 | 2,40 | 107.000 |
Data ini menunjukkan bahwa biaya transaksi meningkat seiring tingginya permintaan, meskipun harga Bitcoin sedikit lebih rendah dari puncak Januari. Kenaikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci yang mendorong aktivitas jaringan.
Permintaan Bitcoin melonjak di tengah sentimen bullish, dengan dominasi pasar BTC menguat setelah sempat melemah dua pekan sebelumnya. Data The Block menunjukkan bahwa investor kembali berfokus pada Bitcoin, bukan altcoin, mendorong volume transaksi yang lebih tinggi di jaringan.
Menurut Glassnose, pasokan Bitcoin tak likuid—jumlah BTC yang disimpan di wallet dengan aktivitas jual-beli rendah—mencapai rekor 14 juta BTC. Ini menunjukkan banyak investor memilih menyimpan Bitcoin, mengurangi pasokan di pasar dan memicu potensi supply shock yang mendorong biaya transaksi lebih tinggi.
Arus masuk ke ETF Bitcoin spot mencapai US$3,1 miliar dalam lima hari hingga akhir April 2025, menurut Cointelegraph. Ini meningkatkan aktivitas jaringan, karena investor institusional dan ritel melakukan transaksi besar untuk akumulasi BTC.
Kepadatan jaringan Bitcoin meningkat seiring lonjakan transaksi, menyebabkan pengguna bersaing dengan membayar biaya lebih tinggi agar transaksi mereka diproses lebih cepat. Fenomena ini mirip dengan lonjakan biaya pada 2021, ketika biaya rata-rata mencapai US$58 akibat penurunan hash rate.
Lonjakan biaya transaksi ini terjadi di tengah optimisme pasar, didukung oleh rendahnya korelasi Bitcoin dengan pasar saham (29% terhadap S&P 500) dan meningkatnya adopsi institusional. Namun, biaya tinggi dapat menjadi tantangan bagi investor ritel dengan modal terbatas. Solusi seperti Lightning Network, yang memungkinkan transaksi cepat dan murah di luar rantai utama, dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kepadatan jaringan. Bagi investor, penting untuk memantau dinamika pasar dan melakukan riset mendalam sebelum berinvestasi, mengingat volatilitas Bitcoin. Dengan potensi supply shock dan sentimen bullish, akankah Bitcoin kembali menembus US$109.000 dalam waktu dekat?