Pasar saham Indonesia menjadi magnet bagi investor asing di awal 2025, dengan aliran dana masuk (net buy) yang signifikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Sepanjang April 2025, investor nonresiden tercatat memborong saham senilai lebih dari Rp10 triliun, meninggalkan pasar saham lain di kawasan Asia yang menghadapi ketidakpastian ekonomi. Saham-saham unggulan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII) menjadi incaran utama, didorong oleh fundamental kuat dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil.
Menurut data BEI, pada perdagangan 22 April 2025, investor asing mencatat net buy sebesar Rp176 miliar, dengan BBCA dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai saham paling diminati. Tren ini berlanjut hingga akhir April, didukung oleh kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,43% pada periode yang sama. Faktor pendorong utama meliputi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% di 2025, kebijakan moneter yang akomodatif dari Bank Indonesia, dan valuasi saham yang dianggap undervalued dibandingkan pasar lain seperti Tiongkok atau India. Sektor perbankan, teknologi, dan energi terbarukan, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), juga menarik perhatian, terutama setelah BlackRock meningkatkan kepemilikannya di BREN pada Januari 2025.
Namun, tidak semua saham mendapat sambutan serupa. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami aksi jual bersih (net sell) signifikan, dengan BBRI mencatat net sell Rp1,87 triliun dalam sepekan pada Oktober 2024, tren yang berlanjut ke 2025. Investor asing cenderung beralih ke saham dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, seperti TLKM dan BBCA, yang dianggap lebih aman di tengah volatilitas global. Pada 23 Januari 2025, net buy asing mencapai Rp293,03 miliar, dengan TLKM dan BMRI kembali masuk daftar saham favorit.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menilai bahwa minat asing terhadap saham Indonesia didorong oleh persepsi stabilitas politik pasca-pemilu 2024 dan reformasi struktural di sektor energi dan digital. Namun, ia memperingatkan bahwa investor perlu waspada terhadap risiko eksternal, seperti kenaikan suku bunga global atau perlambatan ekonomi Tiongkok. Untuk memaksimalkan cuan, investor disarankan fokus pada saham blue-chip dengan fundamental kuat dan diversifikasi portofolio. Dengan tren ini, pasar saham Indonesia diproyeksikan tetap menjadi primadona investor asing di 2025, memperkuat posisi BEI sebagai salah satu bursa teratas di Asia Tenggara.