Rentetan serangan drone yang dilancarkan Ukraina ke ibu kota Rusia, Moskow, pada Senin malam (5/5/2025) memaksa otoritas setempat menutup semua bandara di wilayah tersebut selama beberapa jam. Serangan ini, yang merupakan salah satu gelombang serangan drone terbesar sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai tiga tahun lalu, menimbulkan kepanikan di kalangan warga dan mengganggu operasional penerbangan sipil di salah satu kota tersibuk di Eropa.
Menurut laporan Kementerian Pertahanan Rusia, setidaknya 19 drone Ukraina yang mendekati Moskow dari berbagai arah berhasil dihancurkan oleh unit pertahanan udara Rusia. Meski tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan signifikan akibat serangan ini, dampaknya terhadap infrastruktur penerbangan sangat terasa. Otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsiya, mengonfirmasi bahwa empat bandara utama di wilayah Moskow—Domodedovo, Sheremetyevo, Vnukovo, dan Zhukovsky—sempat menghentikan semua penerbangan sebagai tindakan pencegahan. Penutupan ini berlangsung selama beberapa jam sebelum operasional bandara kembali normal pada Selasa pagi (6/5/2025).
Serangan drone ini terjadi di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina. Ukraina telah intensif melancarkan serangan drone ke wilayah Rusia, menargetkan infrastruktur militer, energi, dan bahkan wilayah sipil seperti Moskow. Pada Maret 2025, serangan drone serupa juga memaksa penutupan sementara empat bandara di Moskow, yang menewaskan tiga orang dan melukai belasan lainnya. Serangan tersebut menjadi yang terbesar saat itu, namun gelombang serangan terbaru ini menunjukkan kemampuan Ukraina untuk terus menembus pertahanan udara Rusia yang canggih.
Gubernur wilayah Moskow, Andrei Vorobyov, menyatakan bahwa sistem pertahanan udara di wilayahnya bekerja secara maksimal untuk menangkal serangan. “Kami berhasil menetralisir ancaman dari drone-drone yang menargetkan ibu kota. Situasi terkendali, dan warga diminta tetap tenang,” ujarnya dalam pernyataan resmi. Namun, warga Moskow melaporkan mendengar suara ledakan dan melihat kilatan cahaya di langit malam, yang memicu kekhawatiran akan keselamatan.
Di sisi lain, pihak Ukraina belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan ini. Namun, sumber militer Ukraina yang dikutip oleh media internasional menyebutkan bahwa serangan drone ini bertujuan untuk mengganggu operasi militer Rusia dan menunjukkan bahwa Moskow tidak kebal dari dampak perang. Kyiv juga diketahui menargetkan infrastruktur energi Rusia, seperti kilang minyak dan saluran pipa, sebagai bagian dari strategi untuk melemahkan ekonomi dan logistik militer Moskow.
Konflik Rusia-Ukraina yang memasuki tahun ketiga terus menunjukkan intensitas tinggi. Rusia baru-baru ini melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Ukraina, termasuk di Kharkiv dan Zaporizhzhia, yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil. Sebagai respons, Ukraina meningkatkan serangan balasan, termasuk dengan menggunakan drone dan rudal jarak jauh yang dipasok oleh sekutu Barat, seperti Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump, yang telah berupaya menengahi gencatan senjata, kembali menyalahkan kedua belah pihak atas eskalasi ini, meskipun negosiasi damai sejauh ini belum membuahkan hasil.
Serangan drone ke Moskow juga memicu reaksi keras dari Kremlin. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Rusia akan membalas serangan ini “dengan cara yang dianggap pantas.” Rusia sebelumnya telah memperingatkan bahwa serangan Ukraina ke wilayahnya, terutama yang menggunakan senjata Barat, dapat memperluas konflik ke ranah yang lebih berbahaya. Ketegangan ini diperparah oleh tuduhan Rusia bahwa Ukraina melanggar gencatan senjata Paskah yang diumumkan Presiden Vladimir Putin pada April 2025, meskipun Ukraina membantah tuduhan tersebut.
Penutupan bandara di Moskow, meskipun sementara, menambah daftar gangguan akibat perang yang telah merugikan ekonomi dan mobilitas global. Rusia, sebagai salah satu pusat transit penerbangan penting di kawasan Eurasia, menghadapi tantangan logistik yang signifikan setiap kali infrastruktur penerbangannya terganggu. Sementara itu, warga Moskow diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan otoritas setempat terkait potensi ancaman serangan lebih lanjut.
Dengan situasi yang semakin memanas, dunia terus memantau perkembangan konflik ini. Tekanan internasional untuk mencapai gencatan senjata semakin meningkat, namun sikap keras kedua belah pihak membuat prospek perdamaian jangka panjang masih sulit tercapai.