Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan langkah kontroversial dengan memerintahkan pembukaan kembali Penjara Alcatraz, fasilitas legendaris di Teluk San Francisco yang ditutup pada 1963. Dalam pernyataannya melalui platform Truth Social pada Minggu (4/5/2025), Trump menyebut Alcatraz sebagai simbol hukum, ketertiban, dan keadilan, yang akan diperluas dan dibangun kembali untuk menampung "pelaku kejahatan paling kejam dan brutal" di Amerika. Keputusan ini memicu perdebatan sengit, mengingat Alcatraz kini menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di San Francisco.
Alcatraz, yang dijuluki "The Rock" karena lokasinya di pulau terpencil dengan arus laut kuat dan air dingin, dikenal sebagai penjara federal dengan keamanan maksimum. Selama beroperasi dari 1934 hingga 1963, penjara ini menahan penjahat terkenal seperti Al Capone, George "Machine Gun" Kelly, dan Robert Stroud, yang dikenal sebagai "Birdman of Alcatraz." Menurut Biro Penjara Federal, Alcatraz dirancang untuk menahan narapidana yang dianggap sulit dikendalikan, dengan reputasi sebagai penjara yang hampir mustahil untuk dilarikan diri. Meski ada 14 upaya pelarian oleh 36 tahanan, tidak ada yang terkonfirmasi berhasil, meskipun kasus Frank Morris dan bersaudara Anglin pada 1962 tetap menjadi misteri.
Trump menegaskan bahwa pembukaan kembali Alcatraz diperlukan untuk mengatasi kejahatan berat di AS. "Ketika kita masih menjadi negara yang lebih serius, kita tidak ragu untuk memenjarakan penjahat paling berbahaya dan menjauhkan mereka dari masyarakat," tulisnya. Ia mengarahkan Biro Penjara Federal, bersama Departemen Kehakiman, FBI, dan Keamanan Dalam Negeri, untuk merestorasi dan memperluas fasilitas tersebut. Namun, rencana ini menuai kritik karena Alcatraz kini dikelola oleh National Park Service sebagai taman nasional yang dikunjungi lebih dari satu juta wisatawan setiap tahun. Biaya operasional yang tinggi, yang menjadi alasan penutupan pada 1963, juga menjadi kekhawatiran utama.
Sejumlah pihak mempertanyakan kelayakan dan legalitas rencana ini. Juru bicara Biro Penjara menyatakan akan mematuhi perintah presiden, tetapi tidak memberikan rincian tentang bagaimana Alcatraz akan diambil alih dari National Park Service atau perkiraan biaya pembangunan. Pengamat hukum juga menyoroti potensi pelanggaran hukum, terutama karena Trump sempat mengusulkan ide kontroversial seperti memindahkan tersangka anggota geng ke penjara di El Salvador tanpa proses hukum yang layak. Kritik publik di media sosial juga ramai, dengan banyak yang mencemooh rencana ini sebagai langkah populis yang tidak realistis.
Selain itu, kondisi sistem penjara federal AS saat ini menambah keraguan. Laporan investigasi menunjukkan Biro Penjara menghadapi krisis seperti kekurangan staf, kekerasan kronis, dan kasus pelecehan di beberapa fasilitas. Dengan 16 penjara keamanan tinggi yang sudah beroperasi, seperti di Florence, Colorado, dan Terre Haute, Indiana, banyak yang mempertanyakan perlunya menghidupkan kembali Alcatraz. Mantan juru bicara DPR Nancy Pelosi, yang mewakili San Francisco, menyebut Alcatraz sebagai "taman nasional yang sangat populer," menegaskan nilai historis dan wisata pulau tersebut.
Rencana Trump ini juga dilihat sebagai bagian dari narasi politiknya untuk memperkuat citra sebagai pemimpin yang tegas terhadap kejahatan. Ia sebelumnya mengusulkan pembukaan kembali pusat penahanan di Teluk Guantanamo untuk menampung "kriminal asing paling berbahaya." Namun, tanpa jadwal resmi atau rincian anggaran, rencana Alcatraz masih dianggap sebagai wacana awal. Bagi masyarakat San Francisco, kehilangan Alcatraz sebagai destinasi wisata dapat berdampak signifikan pada ekonomi lokal, sementara bagi pendukung Trump, langkah ini dianggap sebagai komitmen untuk mengembalikan ketertiban.
Dengan berbagai tantangan logistik, hukum, dan finansial, pembukaan kembali Alcatraz masih jauh dari kenyataan. Namun, pengumuman ini telah berhasil memicu perhatian global, menghidupkan kembali kisah legendaris pulau yang pernah menjadi simbol ketakutan bagi para penjahat Amerika.