Manchester United (MU) menelan pil pahit setelah kalah dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa 2024/2025 yang digelar di Stadion San Mames, Bilbao, pada 22 Mei 2025. Kekalahan ini tidak hanya membuat MU gagal meraih trofi satu-satunya di musim ini, tetapi juga memicu kerugian finansial besar. Berdasarkan klausul dalam kontrak sponsor dengan Adidas, MU harus membayar penalti sebesar 10 juta poundsterling (sekitar Rp 219 miliar) karena gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depan. Artikel ini mengulas kekalahan MU, dampak finansialnya, dan konteks musim yang buruk, dirangkum dari laporan Detik.com dan sumber pendukung lainnya per 22 Mei 2025.
Final Liga Europa mempertemukan MU melawan Tottenham Hotspur dalam laga sengit. Tottenham, yang dilatih oleh Ange Postecoglou, tampil dominan dengan menguasai penguasaan bola dan menciptakan peluang berbahaya. Gol kemenangan Tottenham dicetak oleh Son Heung-min di babak kedua, memanfaatkan umpan terobosan dari James Maddison. MU, di bawah asuhan Ruben Amorim, berjuang keras untuk menyamakan kedudukan, dengan peluang terbaik dari Rasmus Hojlund dan Bruno Fernandes, tetapi kiper Tottenham, Guglielmo Vicario, tampil gemilang. Skor 1-0 bertahan hingga peluit akhir, mengukuhkan Tottenham sebagai juara dan meninggalkan MU tanpa trofi. Kekalahan ini menambah rekor buruk MU, yang kalah empat kali dari Tottenham musim ini, termasuk dua kali di Liga Inggris dan sekali di Piala Liga.
Kegagalan MU di final Liga Europa memastikan mereka tidak lolos ke kompetisi Eropa musim 2025/2026, termasuk Liga Champions, Liga Europa, atau Liga Konferensi. Hal ini memicu aktivasi klausul penalti dalam kontrak sponsor dengan Adidas, yang bernilai 900 juta poundsterling untuk periode 2015–2035. Menurut klausul tersebut, MU harus membayar 10 juta poundsterling (Rp 219 miliar) jika gagal lolos ke kompetisi Eropa, seperti yang terjadi pada musim 2014/2015. Selain penalti, MU kehilangan potensi pendapatan dari:
Total kerugian finansial diperkirakan mencapai 100 juta poundsterling (Rp 2,19 triliun), memperburuk kondisi keuangan klub yang sudah tertekan akibat posisi ke-16 di Liga Inggris dengan 39 poin dan selisih gol negatif.
Musim 2024/2025 menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah MU. Beberapa fakta mencolok meliputi:
Mantan kapten MU, Roy Keane, mengomentari bahwa kegagalan di final ini meredupkan daya tarik MU untuk pemain baru, dengan hanya “bayang-bayang kejayaan masa lalu” yang tersisa.
Meski kalah, beberapa pihak, termasuk Amorim, melihat dampak positif jangka panjang. Menurut laporan Detik.com, kegagalan ini memungkinkan MU untuk fokus pada pembenahan internal di musim panas 2025, termasuk:
Amorim menegaskan bahwa “ada hal yang lebih besar yang harus ditangani” untuk mengembalikan MU ke puncak, menunjukkan visinya untuk transformasi klub meski tanpa trofi musim ini.
Untuk menghadapi tantangan finansial dan performa, MU dapat mengambil langkah berikut:
Kegagalan MU di final Liga Europa 2024/2025 dan penalti Rp 219 miliar menjadi pukulan berat, tetapi juga peluang untuk introspeksi dan pembenahan. Dengan strategi yang tepat, MU dapat bangkit dari musim buruk ini dan kembali bersaing di level tertinggi. Informasi ini dirangkum berdasarkan laporan Detik.com, Sky Sports, dan sentimen di media sosial per Mei 2025.