Manchester United Pecat Ruben Amorim Jika Kalah di Final Liga Europa? Ini Faktanya

Manchester United Pecat Ruben Amorim Jika Kalah di Final Liga Europa? Ini Faktanya

Spekulasi mengenai masa depan Ruben Amorim sebagai pelatih Manchester United kembali memanas menjelang final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur pada 22 Mei 2025 di Stadion San Mames, Bilbao. Pertanyaan besar yang mengemuka adalah: akankah Manchester United memecat Amorim jika timnya gagal meraih trofi di laga penentu ini? Meski tekanan terhadap pelatih asal Portugal ini meningkat sepanjang musim, laporan terbaru menunjukkan bahwa manajemen klub cenderung mempertahankan Amorim, bahkan jika hasil di final tidak sesuai harapan.

Amorim, yang mengambil alih kursi pelatih dari Erik ten Hag pada November 2024, menghadapi musim yang penuh tantangan. Manchester United mengalami performa buruk di Premier League, dengan posisi terburuk dalam 51 tahun, sebagaimana dilaporkan pada Februari 2025. Kekalahan dari Tottenham Hotspur di liga menjadi sorotan, di mana Amorim sempat mengungkapkan kekecewaannya terhadap performa tim, bahkan dianggap oleh beberapa pihak sengaja memancing pemecatan dengan kritik terbukanya. Meski begitu, keberhasilan Amorim membawa United ke final Liga Europa, usai kemenangan agregat 7-1 atas Athletic Bilbao di semifinal, menjadi pencapaian signifikan. Mason Mount, yang mencetak dua gol di leg kedua, dipuji Amorim sebagai pemain kunci dalam sistem permainannya.

Menurut laporan, Manchester United tidak berencana memecat Amorim meski kalah di final melawan Tottenham. Keputusan ini didasarkan pada visi jangka panjang klub di bawah manajemen INEOS, yang melihat Amorim sebagai sosok yang mampu membangun kembali tim. Kontrak Amorim, yang bernilai 6,5 juta poundsterling per tahun hingga Juni 2027, juga menjadi pertimbangan finansial. Memecatnya akan memakan biaya kompensasi besar, seperti yang terjadi saat United membayar 14,5 juta poundsterling untuk memecat Ten Hag. CEO Omar Berrada menegaskan bahwa kemenangan di Liga Europa akan membuka peluang pendapatan lebih besar melalui kualifikasi Liga Champions, yang dapat mempercepat transisi tim di bawah Amorim.

Namun, tekanan terhadap Amorim tidak bisa diabaikan. Sejumlah pemain dilaporkan mulai mempertanyakan taktiknya setelah serangkaian hasil buruk di Premier League, dengan hanya empat kemenangan dari 14 laga. Kritik dari legenda klub seperti Teddy Sheringham, yang mendukung Roy Keane sebagai pengganti, turut menambah panasnya situasi. Di sisi lain, Amorim menunjukkan komitmen besar, bahkan membayar dari kantong pribadi untuk mengajak keluarga dan teman staf pelatih ke final di Bilbao, sebuah langkah yang jarang dilakukan pelatih di tengah kebijakan penghematan klub.

Final Liga Europa menjadi momen krusial bagi Amorim. Kemenangan tidak hanya akan mengamankan trofi pertama United sejak 2023, tetapi juga tiket ke Liga Champions musim depan, yang krusial untuk keuangan klub. Namun, Amorim sendiri menegaskan bahwa kekalahan di final akan membuat perjuangan musim ini sia-sia. “Jika kami tidak menang, semua ini tidak ada artinya,” ujarnya usai kemenangan atas Bilbao. Meski demikian, fokusnya tetap pada menghindari cedera pemain dan memaksimalkan performa tim di laga penentu.

Di tengah spekulasi pemecatan, Amorim mendapat dukungan dari beberapa pihak yang menilai musim ini adalah masa transisi. Prestasinya di Sporting CP, di mana ia mengakhiri paceklik gelar selama 19 tahun dan membawa klub ke fase gugur Liga Champions, menjadi bukti kapasitasnya. Dengan pemain seperti Bruno Fernandes, Rasmus Hojlund, dan talenta muda seperti Alejandro Garnacho, Amorim diyakini masih bisa membawa United kembali ke jalur juara, asalkan diberi waktu. Publik Old Trafford kini menanti, apakah Amorim akan membungkam kritik dengan trofi, atau menghadapi tekanan yang lebih besar jika gagal menaklukkan Spurs.