Final Coppa Italia 2025 menjadi panggung besar bagi AC Milan untuk mengukir sejarah baru. Di bawah asuhan pelatih Sergio Conceicao, I Rossoneri bersiap menghadapi Bologna di Stadion Olimpico, Roma, pada 14 Mei 2025. Kemenangan dalam laga ini tidak hanya akan mengakhiri paceklik gelar Coppa Italia selama 22 tahun, tetapi juga menempatkan Conceicao sebagai pelatih pertama sejak Carlo Ancelotti yang memenangkan dua trofi dalam satu musim untuk Milan. Akankah Conceicao membawa Milan meraih "La Decima", gelar Coppa Italia ke-10 dalam sejarah klub?
Sejak mengambil alih kepelatihan dari Paulo Fonseca pada akhir 2024, Conceicao telah mengubah wajah AC Milan. Dalam waktu singkat, ia berhasil membawa tim meraih Piala Super Italia pada Januari 2025, mengalahkan Inter Milan dalam laga dramatis 3-2 di Riyadh. Kemenangan ini menandai trofi pertama Conceicao bersama Milan dan membuktikan kemampuannya menghidupkan semangat juang tim. Kini, dengan final Coppa Italia di depan mata, Conceicao berpeluang mencatatkan rekor bersejarah: menjadi pelatih pertama sejak Ancelotti pada 2003 yang mengawinkan dua trofi dalam satu musim untuk Milan.
Pada musim 2002-2003, Ancelotti membawa Milan meraih Coppa Italia dan Liga Champions, sebuah prestasi yang belum terulang selama lebih dari dua dekade. Kini, Conceicao, yang baru lima bulan menangani Milan, berada di ambang prestasi serupa. Kemenangan atas Bologna akan membuat Milan meraih gelar Coppa Italia ke-10, menyamai rekor Juventus sebagai klub tersukses di turnamen ini. Performa Milan menjelang final juga menjanjikan. Pekan lalu, mereka mengalahkan Bologna 3-1 di Serie A, dengan gol dari Santiago Gimenez dan Christian Pulisic, menunjukkan kekuatan ofensif dan mentalitas comeback yang kuat.
Bologna, di sisi lain, bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Di bawah asuhan Thiago Motta, mereka menunjukkan performa konsisten dan berambisi meraih gelar Coppa Italia pertama sejak 1974. Namun, Milan memiliki keunggulan dari segi skuad dan pengalaman. Pemain seperti Rafael Leao, Theo Hernandez, dan Mike Maignan menjadi tumpuan, sementara taktik tiga bek Conceicao telah terbukti efektif dalam laga-laga krusial. Meski demikian, kiper Milan, Mike Maignan, mengingatkan tim untuk tetap waspada, menyatakan bahwa pertahanan harus solid meski menggunakan formasi bertahan.
Final ini juga menjadi ajang pembuktian bagi Conceicao, yang masa depannya di Milan masih belum pasti meski mendapat dukungan dari CEO klub, Giorgio Furlani. Kemenangan akan memperkuat posisinya dan menghapus keraguan tentang kemampuannya. Bagi Milan, ini adalah kesempatan untuk mengukuhkan status sebagai raksasa Italia, terutama setelah paceklik gelar domestik sejak Scudetto 2022. Dengan semangat juang yang telah ditunjukkan sepanjang musim, Milan diunggulkan untuk mengangkat trofi di Roma. Mampukah Conceicao mengulang keajaiban Ancelotti dan membawa Milan menuju kejayaan baru?