10 Negara dengan Drone Militer Terbanyak di Dunia 2025, Berapa Jumlah Drone Indonesia?

10 Negara dengan Drone Militer Terbanyak di Dunia 2025, Berapa Jumlah Drone Indonesia?

Drone militer atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) telah menjadi komponen krusial dalam strategi pertahanan modern, memungkinkan pengintaian, serangan presisi, dan operasi tanpa risiko bagi personel. Pada tahun 2025, sejumlah negara telah memperkuat arsenal mereka dengan drone tempur (UCAV), dengan Amerika Serikat dan Turki memimpin dalam jumlah dan teknologi. Indonesia, sebagai kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, juga mulai mengembangkan kapabilitas drone untuk memperkuat pertahanan nasional. Artikel ini mengulas 10 negara dengan drone militer terbanyak di dunia berdasarkan data terbaru, serta posisi Indonesia dalam lanskap global ini, dirangkum dari laporan Tribunnews dan sumber lain pada 17 Mei 2025.

Pentingnya Drone Militer di Era Modern

Drone militer menawarkan keunggulan strategis, seperti kemampuan operasi jarak jauh, biaya yang relatif rendah dibandingkan pesawat berawak, dan fleksibilitas dalam misi pengintaian hingga serangan. Menurut data dari armedforces.eu, negara-negara besar seperti AS, Turki, dan China telah mengintegrasikan drone ke dalam doktrin militer mereka, dengan fokus pada teknologi otonom dan persenjataan canggih. Perkembangan ini juga memicu perlombaan senjata drone di tingkat global, dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia mulai mengejar ketertinggalan.

10 Negara dengan Drone Militer Terbanyak di Dunia 2025

Berikut adalah daftar 10 negara dengan jumlah drone militer (UCAV) terbanyak berdasarkan data dari armedforces.eu dan sumber lainnya:

  • Amerika Serikat (444 unit): AS memimpin dengan armada drone seperti MQ-1C Gray Eagle dan MQ-9 Reaper, digunakan untuk pengintaian, serangan, dan relai komunikasi. Teknologi drone AS mendominasi pasar global, didukung oleh anggaran pertahanan sebesar USD 895 miliar.
  • Turki (443 unit): Turki menjadi kekuatan drone terbesar kedua dengan drone Bayraktar TB2 dan Anka-S, yang terbukti efektif di konflik Suriah dan Ukraina. Presiden Erdogan menegaskan komitmen Turki untuk memimpin teknologi drone.
  • China (160 unit): China memiliki drone seperti CH-4 Rainbow dan Wing Loong II, yang diekspor ke berbagai negara. Investasi besar dalam produksi drone menjadikan China pemain kunci di pasar internasional.
  • Iran (83 unit): Iran mengoperasikan drone seperti Mohajer-3 untuk pengintaian dan serangan di Suriah dan Irak, serta memasok sekutu seperti pemerintah Suriah.
  • India (60 unit): India mengembangkan drone lokal seperti Rustom dan mengimpor drone canggih seperti MQ-9 Reaper dari AS, didukung oleh anggaran pertahanan USD 74 miliar.
  • Israel (15 unit): Israel memiliki drone Elbit Hermes 450 dan IAI Eitan, yang dikenal karena teknologi canggihnya dalam misi pengintaian dan serangan presisi.
  • Irak (14 unit): Irak menggunakan drone Mohajer-3 dari Iran dan CH-4 Rainbow dari China untuk operasi kontra-terorisme di wilayahnya.
  • Italia (10 unit): Italia mengoperasikan MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper, yang mendukung operasi NATO di Mediterania.
  • Pakistan (estimasi 8 unit): Pakistan memiliki drone Burraq dan Shahpar, yang digunakan untuk pengintaian dan serangan di wilayah perbatasan.
  • Inggris (estimasi 7 unit): Inggris mengoperasikan drone seperti MQ-9 Reaper untuk misi pengintaian dan serangan, terutama dalam operasi koalisi internasional.

Posisi Indonesia dalam Kepemilikan Drone Militer

Indonesia tidak masuk dalam 10 besar negara dengan drone militer terbanyak, tetapi memiliki sejumlah drone yang digunakan untuk pengintaian dan potensi serangan. Berdasarkan data terbatas, Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 5-10 unit drone militer, termasuk drone seperti CH-4 Rainbow dari China dan Anka-S dari Turki, yang dibeli untuk memperkuat TNI AU. Selain itu, Indonesia sedang mengembangkan drone lokal seperti Elang Hitam (Black Eagle) melalui PT Dirgantara Indonesia, meskipun proyek ini masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya operasional pada 2025.

Kekuatan militer Indonesia secara keseluruhan berada di peringkat 13 dunia menurut Global Firepower 2025, dengan skor PowerIndex 0,2557, unggul di Asia Tenggara. Namun, dalam hal drone, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara seperti Turki atau China karena keterbatasan anggaran (USD 25 miliar) dan fokus pada pengembangan alutsista lain, seperti kapal selam dan jet tempur.

Tantangan dan Prospek Indonesia

Indonesia menghadapi beberapa tantangan dalam pengembangan drone militer, termasuk:

  • Keterbatasan Teknologi: Pengembangan drone lokal seperti Elang Hitam masih memerlukan transfer teknologi dari mitra asing.
  • Anggaran: Anggaran pertahanan yang relatif kecil dibandingkan AS atau China membatasi akuisisi drone dalam jumlah besar.
  • Pelatihan: Diperlukan pelatihan intensif untuk operator drone agar dapat mengoperasikan sistem canggih seperti Anka-S.

Namun, prospek ke depan cukup cerah. Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Turki untuk pengadaan drone Anka-S dan berencana meningkatkan produksi drone lokal melalui PT Dirgantara Indonesia. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas TNI dalam pengintaian maritim dan pertahanan udara di wilayah kepulauan yang luas.

Tips Meningkatkan Kapabilitas Drone Indonesia

Untuk memperkuat posisi di bidang drone militer, Indonesia dapat:

  1. Tingkatkan Kerja Sama Internasional: Perluas kemitraan dengan Turki, China, atau AS untuk transfer teknologi dan pelatihan.
  2. Fokus pada R&D: Alokasikan anggaran lebih besar untuk riset dan pengembangan drone lokal seperti Elang Hitam.
  3. Pelatihan Operator: Kembangkan program pelatihan khusus untuk operator drone di TNI AU.
  4. Integrasi dengan Sistem Pertahanan: Pastikan drone terintegrasi dengan sistem radar dan satelit untuk operasi yang lebih efektif.

Dengan 444 unit drone, Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin global, diikuti ketat oleh Turki dengan 443 unit. Indonesia, meskipun hanya memiliki sekitar 5-10 unit, menunjukkan potensi untuk berkembang melalui akuisisi dan pengembangan lokal. Dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks, investasi dalam teknologi drone akan menjadi kunci untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional Indonesia. Informasi ini dirangkum berdasarkan laporan Tribunnews dan data militer terbaru per Mei 2025.