Mengenang Jose Mujica: Presiden Termiskin Dunia yang Tolak HP dan Hidup Sederhana

Mengenang Jose Mujica: Presiden Termiskin Dunia yang Tolak HP dan Hidup Sederhana

Jose Mujica, mantan presiden Uruguay yang dijuluki "presiden termiskin di dunia," meninggal dunia pada 13 Mei 2025 di usia 89 tahun. Kerenangan dan kejujurannya meninggalkan warisan abadi, tidak hanya di Uruguay, tetapi juga di hati banyak orang di seluruh dunia. Mujica, yang menjabat sebagai presiden dari 2010 hingga 2015, dikenal karena gaya hidup sederhana, menolak kemewahan, dan pandangannya yang kritis terhadap teknologi, termasuk ketidaksukaannya menggunakan ponsel. Bagaimana kisah hidup pria yang lebih memilih peternakan sederhana ketimbang istana presiden ini menginspirasi dunia?

Lahir pada 20 Mei 1935 di Montevideo, Mujica memiliki perjalanan hidup yang penuh liku. Sebagai mantan gerilyawan Tupamaros, ia menghabiskan 14 tahun di penjara, termasuk dua tahun di dasar sumur dalam kondisi isolasi yang keras. Pengalaman ini membentuk filosofinya tentang kehidupan: kemerdekaan sejati bukan tentang harta, tetapi tentang waktu dan kebahagiaan batin. Selama menjabat, Mujica menyumbangkan 90% gajinya sebesar US$12.000 per bulan untuk amal, hanya menyisakan sekitar US$800 untuk kebutuhan pribadi. Ia menolak tinggal di istana presiden, memilih tinggal di peternakan sederhana milik istrinya, Lucia Topolansky, di pinggiran Montevideo, di mana mereka menanam bunga krisan untuk dijual.

Salah satu aspek unik dari Mujica adalah penolakannya terhadap teknologi modern, khususnya ponsel. Dalam wawancara dengan The New York Times pada Juni 2024, Mujica mengungkapkan bahwa ia membuang ponselnya empat tahun lalu. "Komunikasi langsung tidak tergantikan. Kita bukan robot. Kita belajar berpikir, tetapi kita adalah makhluk emosional," katanya. Bagi Mujica, ponsel menciptakan jarak emosional dan mendorong manusia untuk hidup dalam dunia yang terlalu terpaku pada layar. Ia lebih menghargai percakapan tatap muka, yang menurutnya memperkuat hubungan antarmanusia. Pandangan ini mencerminkan filosofinya bahwa kebahagiaan tidak ditemukan dalam konsumerisme atau teknologi, tetapi dalam hubungan dan kesederhanaan.

Gaya hidup Mujica bukan sekadar simbol, tetapi cerminan nilai-nilai yang ia junjung. Ia pernah menolak tawaran US$1 juta untuk mobil Volkswagen Beetle 1987 miliknya, karena baginya, mobil tua itu lebih dari sekadar harta—ia adalah bagian dari hidupnya bersama anjing kesayangannya, Manuela. Kekayaannya pada 2014 hanya sekitar US$322.883, jauh lebih rendah dibandingkan pemimpin dunia lainnya. Meski dijuluki "termiskin," Mujica menolak label itu. "Saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja untuk gaya hidup mewah dan selalu ingin lebih," ujarnya kepada BBC. Filosofi ini menginspirasi banyak orang, termasuk pemimpin seperti Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, yang menyebutnya sebagai teladan kerendahan hati.

Warisan Mujica melampaui politik. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati tidak diukur dari kekayaan, tetapi dari integritas dan pengabdian. Di tengah dunia yang semakin terobsesi dengan teknologi dan konsumerisme, pesan Mujica tentang pentingnya hubungan manusiawi dan hidup sederhana terasa semakin relevan. Saat dunia berduka atas kepergiannya, kisah hidupnya mengajak kita merenung: apakah kebahagiaan sejati ada pada apa yang kita miliki, atau pada bagaimana kita menjalani hidup?